MAKALAH TENTANG KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
Kali ini saya akan membagikan referensi yang saya punya tentang Makalah yang berjudul KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE.
Saya harap postingan saya ini bisa bermanfaat bagi kalian yang sedang kebingungan untuk membuat makalah yang sudah di tugas kan oleh guru kalian,.
berikut adalah contoh makalah nya, bagi yang ingin simpel atau membutuhkan versi .doc atau .doxc nya bisa langsung di unduh di akhir postingan.
Jangan lupa tinggal kan komentarnya. Terima Kasih sudah mampir ...
B. Kehidupan Politik
Cara Merubah Windows XP SP2 Menjadi SP3 Tanpa Instal Ulang
Saya harap postingan saya ini bisa bermanfaat bagi kalian yang sedang kebingungan untuk membuat makalah yang sudah di tugas kan oleh guru kalian,.
berikut adalah contoh makalah nya, bagi yang ingin simpel atau membutuhkan versi .doc atau .doxc nya bisa langsung di unduh di akhir postingan.
Jangan lupa tinggal kan komentarnya. Terima Kasih sudah mampir ...
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Latar belakang
dibuatnya makalah ini adalah
untuk melengkapi tugas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Proses
pendidikan tidak hanya terpusat pada buku LKS yang kurang lengkap karena itu lah
kami nyusun makalah untuk melengkapi materi tentang Kerajaan Ternate serta Tidore
yang bersumber dari Internet.
B.
Tujuan
1. Memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
2. Menambah pengetahuan
3. Mengetahui sejarah kerajaan –
kerajaan islam
BAB II
PEMBAHSAN
Kerajaan Ternate danTidore
A. Letak Kerajaan
Secara geografis Kerajaan Ternate dan
Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa
itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
B. Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat
kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu
persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate,
Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa,
yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup
pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah
itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku,
Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini
dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol
yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan
antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian
perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas
wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan
bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina,
sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk
dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi
nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin dibenci
oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun,
penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan
gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan
Hairun, rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun),
bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi
kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
C.
Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan
pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian
perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri
empat kerajaan terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan.
Masing-masing kerajaan dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat
Maluku, keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar
Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol
karena penduduknya bertambah banyak dan berhasil mengembangkan perdagangan
rempah-rempah. Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki zat yang dapat
digunakan untuk member bau atau rasa khusus kepada makanan (menjadi bumbu
masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh.
Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah
umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah
membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata
membuat cemburu kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan
Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat dalam peperangan memperebutkan hegemoni
rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan di
Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan
pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan
perdagangan rempah-rempah di Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang
Jawa, Melayu, Arab, Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading, perak,
manic-manik, dan piring mangkuk berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di
Maluku amat membutuhkan barang tersebut, terutama beras karena areal Maluku
lebih banyak digunakan untuk penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras.
Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan
para pedagang dari Jawa semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar
seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang
Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses
penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate
diterangkan bahwa Raja Ternate yang pertama kali menganut agama Islam adalah
Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan Zainal Abidin semasa belum masuk Islam
bernama Gapi Buta dan setelah meninggal beliau disebut Sultan Marhum. Raja
Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti
nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan
Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat
kerajaan menjadi negeri yang sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini
memiliki ratusan perahu kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun
mengawasi lautan yang menjadi wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate,
yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan
keratin yang dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore yang
dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga sukar
untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus
kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya. Oleh
karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah persekutuan yang terkenal
dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate
dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh
Tidore dengan anggota yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau
lain hingga ke Papua bagian barat.
Kesultanan Ternate mencapai puncak
kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di
bawah pimpinan Sultan Nuku. Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut
dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis
dengan cara mengadudombakannya. Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli
daerah rempah-rempah tersebut.
D. KehidupanSosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama
Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak
jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk
memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan
sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya
orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah
yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk
agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin
tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun
perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat
Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan
menentang Kompeni Belanda.
E.
KehidupanBudaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu
banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk
kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita
ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate
dan Tidore.
1.
Kerajaan
Ternate
Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada
abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate
terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku
juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan,
dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling
maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara
maupun pedagang asing.
Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran
Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan
Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar
Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
2.
KerajaanTidore
Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan
Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama
adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun
1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah,
Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah
atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari
Arab.
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan
Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris
tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas,
meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat
menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran
Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan
Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar
Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerajaan Ternate danTidore
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki
letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan
ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
B. Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan –
kerajaan islam. Dan kita perlu
Mengembangkan wawasan kita tentang sejarah.
Karena itu termasuk hal penting
Untuk Versi Doc Unduh disini
Cara Merubah Windows XP SP2 Menjadi SP3 Tanpa Instal Ulang
hehe membantu loo makasih yaa
ReplyDeletemampir² ke blog saya dong
thank's